Kisah Relawan Dinsos Kutim Salurkan Bantuan Sembako Dampak Covid-19

(kanan) Agus Kuncoro

KRONIKKALTIM.COM – Agus Kuncoro plesir desa ke desa di kawasan Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kaltim. Sudah satu bulan lebih, ayah empat anak ini turut menjadi relawan, menyisir rumah-rumah warga yang sudah terdaftar sebagai penerima bantuan dari dampak pandemi Covid-19. Ini dilakukan di sejumlah kecamatan terpencil di Kutim.

Bersama tim Dinas Sosial (Dinsos) Kutim, Agus ikut menyalurkan bantuan sosial berupa paket sembako dengan menggunakan kendaraan roda empat. Tim, termasuk Agus tak mengenal medan ekstrim, cuaca dan lokasi atau tempat yang kurang bersahabat.

Agus merupakan relawan Dinsos Kutim yang bekerja di Taruna Siaga Bencana (Tagana). Tugas dan niatnya yang membawanya siap dan aktif dalam aksi penanggulangan dampak pandemi tersebut.

Diketahui, Dinsos Kutim dalam menuntaskan misi kemanusian tahap pertama itu, telah berupaya dan berjuang lagi berkerja keras. Tim dibagi menjadi dua. Satu tim bergerak di 3 kecematan, yakni Kecamatan Wahau, Kongbeng dan Telen.

Selanjutnya, satu tim lainnya menyalurkan bantuan di 5 kecamatan. Yakni, Batu ampar, Muara Bengkal, Muara Ancalong, Long Mesangat, dan Busang. Agus sendiri bersama tim di 5 kecematan yang dimaksud dan dikoordinatori oleh Kabid Bantuan Sosial dan Jaminan Sosial Dinsos Kutim, Budi Mulia.

Kepada kronikkaltim.com, Agus menceritakan bagaimana dirinya rela untuk tidak berkumpul dengan keluarganya demi melaksanakan tugas. Namun, kondisi seperti itu tidak membuat keluarga Agus kecewa. Meskipun bertemu dengan anak dan istri hanya dalam waktu hitungan jam.

“Kalau pulang kerumah paling lama tiga jam kita berangkat lagi,” ujar Agus, Kamis (7/5/2020). Agus pun tidak mengeluhkan jika dalam aksi kemanusian tersebut mendapatkan berbagai tantangan. Di saat orang terlelap tidur, dirinya bersama tim masih terjaga dan berjibaku dengan bantuan.

“Tidur dimana saja tidak jadi masalah, biasanya tidur cuma tiga jam, kadang sampai pukul 05.00 wita kita masih menyusun dan menyiapkan bantuan yang akan di distribusikan ke masyarakat,” tuturnya

Tak hanya meninggalkan keluarga, demi rasa kemanusiaan dan keinginan untuk membantu, mereka sejatinya juga rela bertaruh nyawa demi meringankan beban pada orang lain. Tak perduli kondisi, bahkan mereka terkadang harus rela makan hanya sebungkus mie instan. Untuk bertahan di jalan lantaran terjebak akibat cuaca buruk.

“Karena keterbatasan alat dan tidak ada warung di jalanan, ya makan kadang-kadang kita hanya sebungkus mie. Kita juga pernah menginap di hutan dalam perjanan selama empat malam,” terang Agus.

Bagi Agus, bersedekah tak harus menggunakan uang. Jika berderma harus dengan materi, orang berekonomi pas-pasan seperti dirinya akan kesulitan beramal.

Agus pun bersyukur diberi tenaga atau kekuatan fisik yang bisa dia sumbangkan untuk membantu meringankan beban warga yang terdampak secara ekonomi karena pademi tersebut.

“Yang terpenting kita tetap mengikuti pertokol kesehatan. Menggunakan masker dan rajin mencuci tangan dengan sabun,” jelasnya.

Saat malam tiba, Agus bersama tim lainnya beristirahat di salah satu rumah warga di Desa Sumber Sari, Kecamatan Long Mesangat, Kutim. Meski beberapa dari mereka juga harus tidur di teras karena jumlah mereka yang puluhan itu tak cukup memuat kediaman yang mereka tumpangi tersebut.

“Besok rencananya kita ke Kecamatan Busang. Setelah dari Busang, kita menyelesaikan pendistribusian sembako di daerah desa terluar di Kecamatan Long Mesangat,” pungkasnya. (ersa).