Terdampar di Tengah Tambang, Warga Bukit Kayangan Menanti Setetes Air Bersih

Ilustrasi, Terdampar di Tengah Tambang, Warga Bukit Kayangan Menanti Setetes Air Bersih
Akses terhalang, jaringan belum tersambung—warga tiga RT di Bukit Kayangan masih hidup tanpa layanan air bersih.
Kronikkaltim.com – Di tengah geliat tambang yang membelah daratan Sangatta, warga RT 19, 20, dan 21 Bukit Kayangan, Desa Singa Gembara, justru hidup dalam keterbatasan. Bukan listrik atau sinyal telepon yang jadi persoalan utama—melainkan air bersih.
Selama bertahun-tahun, ratusan warga menggantungkan kebutuhan air harian dari sumur gali dan tampungan hujan. Saat musim kemarau datang, mereka hanya bisa berharap ada tetangga yang masih punya stok air.
“Kadang kami beli, kadang minta ke rumah lain. Kalau hujan alhamdulillah, kalau tidak ya susah,” kata seorang warga yang enggan disebut namanya.
Kawasan permukiman mereka sejatinya tak jauh dari pusat kota Sangatta. Namun letaknya yang terjepit di balik wilayah konsesi perusahaan tambang, menjadikan Bukit Kayangan seperti pulau terisolasi di daratan sendiri.
Direktur Utama Perumdam Tirta Tuah Benua Kutai Timur, Suparjan, membenarkan bahwa tiga RT di Bukit Kayangan memang belum terlayani. Pihaknya tak tinggal diam, namun ada tantangan besar yang harus diselesaikan secara bersama.
“Kalau kita mau ke sana harus melewati kawasan perusahaan. Itu area terbatas. Harus ada koordinasi lintas pihak,” kata Suparjan saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (22/5/2025).
Menurutnya, Perumdam siap menyambungkan jaringan air bersih ke wilayah tersebut. Namun tanpa izin atau kerja sama dengan pihak perusahaan dan pemerintah daerah, langkah itu mustahil dilakukan.
“Kami tidak bisa ambil risiko pasang pipa sembarangan. Harus legal dan teknisnya sesuai. Kalau tidak, nanti kami yang disalahkan,” tegasnya.
Ia menambahkan, selama ada niat baik dari semua pihak, persoalan ini bisa diselesaikan.
“Kami terbuka kok. Ayo duduk bareng, cari jalan tengah. Warga tidak boleh terus-menerus jadi korban keadaan,” ujarnya.
Di tengah deru alat berat dan gemerlap lampu tambang yang terlihat dari kejauhan, warga Bukit Kayangan hanya menginginkan hal paling mendasar: air bersih yang mengalir di rumah mereka.(*)