Harga Jual Kakao Rp28,5 Ribu di Busang, Cerita Petani dari Rantau Sentosa

KRONIKKALTIM.COM – Terik matahari terasa menyengat di Desa Rantau Sentosa, Kecamatan Busang, Kutai Timur, Kaltim. Minggu, 2 Mei 2021. Dari dalam rumah, Inak berjalan cepat menuju para-para, tempat penjemuran biji kakao, di halaman depan. Ia lalu mengguling butiran biji itu dengan tangannya.

“Menjemur kakao, ya di jemur dulu. Kalau nga panas-panas begini bisa empat hari,” sahutnya kepada kronikkaltim.com.

Bagi Inak, terik matahari adalah berkah karena menjadi satu-satunya sumber panas untuk menjemur kakao, hasil panen dari kebun miliknya.

Siang itu, perempuan 70 tahun ini tak sendiri. Dia ditemani sang suami sambil menggunakan caping di kepala. Musim panas seperti ini, masa yang baik untuk menjemur hasil panen. Dia mengatakan, kakao sudah menjadi salah satu mata pencaharian bagi keluarga selama bertahun-tahun.

“Kebun ada dua tempat, kita sudah menam kakao sejak 20 tahun lalu,” terangnya.

Dijelaskannya, bekebun kakao lebih mudah, praktis dan santai. Sebab, setelah tanaman tak perlu dilihat setiap hari. Menurutya, kakao juga lebih ‘ramah’ dengan tanaman lain. Saat masih muda dia bisa tumpang sari dengan jagung.

Selanjutnya, kata dia, kakau yang apabila sudah tinggi juga bisa diselingi pisang dan kelapa, atau tanaman lain yang sekaligus menjadi tanaman pelindung.

Kakao, memang tak jadi tumpuan utama ekonomi keluarga petani meskipun penghasilan dari komoditas ini, kata Inak, cukup untuk menutupi keperluan dapur sehari-hari.

Di desa ini, petani bisa memanen beberapa biji sekali seminggu untuk dijual kepada agen pengumpul. Harga jual saat ini disebutkan Rp 28.500 per kilo gram, tergantung kadar air dan lama jemur biji.

Makin kering harga makin mahal. Rata-rata petani di desa ini menjemur biji kakao dua hari sampai empat hari, tergantung cuaca. (*).